TASIKNEWS-Kendati dalam buku sejarah tentang Sukapura tidak tertulis ( atau bisa jadi karena minimnya informasi yang didapat penulis), namun menjadi sebuah pertanyaan yang besar, apakah Kerajaan Sukakerta pernah bubumen ( bermukim) di wilayah Sukapura (Kecamatan Sukaraja sekarang).
Jika menilik sejarah awal sebelum terbentuk Kabupatian Sukapura yang berpusat pemerintahannya di Kecamatan Sukaraja berasal dari kerajaan kecil bernama Sukakerta, dan mungkin itu bisa saja terjadi mengingat ada fakta sejarah dengan peninggalan berupa pancuran ( pemandian) bernama Sukakerta.
Adapun kini Sukakerta sendiri diabadikan menjadi nama sebuah desa di Kecamatan Jatiwaras (dulu Salopa), dimana di daerah tersebut tercatat perjalanan sejarah pembentukan Kabupaten Tasikmalaya sekarang ini.
Lokasi keberadaan Pancuran Sukakerta tempo dulu berada di Kampung Empang Desa Sukapura Kecamatan Sukaraja. Lokasi pancuran tersebut sendiri tidak banyak diketahui masyarakat karena tempat itu kini hanya berupa lahan kosong.
Beberapa ratus meter dari lokasi pancuran ada peninggalan yang sama dalam sejarah Sukapura, sebuah Sumur Sukapura berlokasi di Kampung Sukapura. (pada masa Kabupatian Sukapura sumur tersebut sangat disakralkan).
Konon, air sumur itu sering dipergunakan untuk prosesi pemandian bupati yang meninggal, bahkan saat ada yang akan menunai kan ibadah haji, terlebih dulu harus mandi air sumur Sukapura.
Sampai saat ini pun sumur kahuripan masih didatangi para peziarah, namun ironisnya keberadaan altar (peningalan) sejarah Sukapura kini kondisinya sangat memprihatinkan. Di bawah rimbunan pohon Kitahi dengan debet air yang keluar dari rembesan akar kini kian menyusut, dan terlihat kotor, dan seiring waktu bangunan yang dulunya dibuat konsep mirip gua pun hancur termakan usia, terkadang banyak dedaunan yang masuk ke sumber mata air dari atap bangunan yang sudah hancur, kondisinya pun kini matak sareukseuk.
Begitu juga akses jalan menuju kesana perlu ada pembenahan, perlu adanya pembuatan jalan baru yang representatif.
Menurut salah seorang warga yang mengaku keturunan Sukapura, Eeng Hendriyana, saat ditemui di lokasi Sumur Keramat Sukapura, menuturkan, asal muasal sumur ini ditemukan seorang wali, konon saat itu, dari hasil wangsit yang diperolehnya wali tersebut harus mencari sumber mata air di tatar Sukapura.
Begitu menemukan lokasi yang diperolehnya dari wangsit, teteken (tongkat) kemudian di ketukan ke tanah, dan dari dalam tanah seketika menyembur air, sedangkan tongkatnya sendiri lalu ditancapkan di sumber mata air yang kini berubah menjadi pohon Kitahi.
“Jadi menurut cerita pohon Kitahi yang ada disana itu merupakan teteken Sang Wali,” paparnya.(1/4)
Dengan maksud untuk melestarikan peninggalan situs tersebut, lanjut Eeng, ia bersama keturunan Sukapura lain yang peduli pada sejarahnya berinisiatif akan berupaya membuka akses jalan menuju sumur Sukapura.
“Bahkan rencananya akan dibangun tempat peristirahatan bagi peziarah yang datang ke Sumur Sukapura, namun samapi sekarang belum bisa terwujud karena terkendala biaya,”pungkasnya. ***.(Rusdianto/ PNews)
Jika menilik sejarah awal sebelum terbentuk Kabupatian Sukapura yang berpusat pemerintahannya di Kecamatan Sukaraja berasal dari kerajaan kecil bernama Sukakerta, dan mungkin itu bisa saja terjadi mengingat ada fakta sejarah dengan peninggalan berupa pancuran ( pemandian) bernama Sukakerta.
Adapun kini Sukakerta sendiri diabadikan menjadi nama sebuah desa di Kecamatan Jatiwaras (dulu Salopa), dimana di daerah tersebut tercatat perjalanan sejarah pembentukan Kabupaten Tasikmalaya sekarang ini.
Lokasi keberadaan Pancuran Sukakerta tempo dulu berada di Kampung Empang Desa Sukapura Kecamatan Sukaraja. Lokasi pancuran tersebut sendiri tidak banyak diketahui masyarakat karena tempat itu kini hanya berupa lahan kosong.
Beberapa ratus meter dari lokasi pancuran ada peninggalan yang sama dalam sejarah Sukapura, sebuah Sumur Sukapura berlokasi di Kampung Sukapura. (pada masa Kabupatian Sukapura sumur tersebut sangat disakralkan).
Konon, air sumur itu sering dipergunakan untuk prosesi pemandian bupati yang meninggal, bahkan saat ada yang akan menunai kan ibadah haji, terlebih dulu harus mandi air sumur Sukapura.
Sampai saat ini pun sumur kahuripan masih didatangi para peziarah, namun ironisnya keberadaan altar (peningalan) sejarah Sukapura kini kondisinya sangat memprihatinkan. Di bawah rimbunan pohon Kitahi dengan debet air yang keluar dari rembesan akar kini kian menyusut, dan terlihat kotor, dan seiring waktu bangunan yang dulunya dibuat konsep mirip gua pun hancur termakan usia, terkadang banyak dedaunan yang masuk ke sumber mata air dari atap bangunan yang sudah hancur, kondisinya pun kini matak sareukseuk.
Begitu juga akses jalan menuju kesana perlu ada pembenahan, perlu adanya pembuatan jalan baru yang representatif.
Menurut salah seorang warga yang mengaku keturunan Sukapura, Eeng Hendriyana, saat ditemui di lokasi Sumur Keramat Sukapura, menuturkan, asal muasal sumur ini ditemukan seorang wali, konon saat itu, dari hasil wangsit yang diperolehnya wali tersebut harus mencari sumber mata air di tatar Sukapura.
Begitu menemukan lokasi yang diperolehnya dari wangsit, teteken (tongkat) kemudian di ketukan ke tanah, dan dari dalam tanah seketika menyembur air, sedangkan tongkatnya sendiri lalu ditancapkan di sumber mata air yang kini berubah menjadi pohon Kitahi.
“Jadi menurut cerita pohon Kitahi yang ada disana itu merupakan teteken Sang Wali,” paparnya.(1/4)
Dengan maksud untuk melestarikan peninggalan situs tersebut, lanjut Eeng, ia bersama keturunan Sukapura lain yang peduli pada sejarahnya berinisiatif akan berupaya membuka akses jalan menuju sumur Sukapura.
“Bahkan rencananya akan dibangun tempat peristirahatan bagi peziarah yang datang ke Sumur Sukapura, namun samapi sekarang belum bisa terwujud karena terkendala biaya,”pungkasnya. ***.(Rusdianto/ PNews)