» » SLAMET SOEBJAKTO: “ KJA OFFSHORE, FULLY TECHNOLOGY…”

SLAMET SOEBJAKTO: “ KJA OFFSHORE, FULLY TECHNOLOGY…”

Penulis By on Sabtu, 31 Maret 2018 | No comments

PANGANDARAN-Apa itu Keramba Jaring Apung (KJA) Offshore, mungkin masyarakat belum bahkan tidak ada yang tahu, karena KJA Offshore saat ini memang pertama ada di Indonesia.

Menurut Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Slamet Soebjakto, KJA Offshore sangat berbeda dengan KJA yang ada di pantai, KJA Offshore berada sejauh 2 mil dari lepas pantai dengan kedalaman sekitar 50 meter.

Belajar dari Norwegia, budidaya di pantai tidak bisa menghasilkan produksi banyak beda dengan di laut lepas, berapa pun keinginan produksi yang dihasilkan, bisa.

Dan kalau melihat KJA di pantai yang sudah ada, lanjut Slamet, ini sangat rentan sekali terkontaminasi polusi yang datang dari daratan, seperti limbah rumahtangga, wisata, limbah sungai, kadar garam, begitu juga dengan kondisi arus air laut yang ada di pantai. Dengan lokasi 2 mil dari pantai, dan jika ada kotoran seperti sisa pakan atau lainnya tentunya dengan arus air besar akan bisa mentralisir sendiri.

“Ada  satu pembaruan teknologi baru yang akan diterapkan disini. “kata Slamet.(30/3)

Dalam wawancaranya dengan sejumlah media di sebuah rumah makan di obyek wisata Pantai Pangandaran, lebih jauh Slamet menuturkan, teknologi KJA ini mengadopsi dari Norwegia, karena negara tersebut merupakan yang paling maju di budidaya offshorenya, khususnya pemeliharaan ikan salmon.

“Tahun ini KKP membuat KJA offshore di tiga tempat, antara lain di Kabupaten Pangandaran Jawa barat, Karimunjawa Jawa Tengah dan di Sabang. “terang Slamet.

Masing-masing KJA mempunyai 8 unit “kolam” berdiameter 15 dengan kafasitas satu kolamnya, 120 ribu hingga 150 ribu ekor dengan masa pemeliharaan (pembesaran) sekitar 8 bulan untuk mencapai size 8 ons up.

Dikatakan Slamet, KJA ini merupakan salah satu kegiatan pemanfaatan laut sebagai sumber kehidupan dan sumber ekonomi seperti yang dicanang Presiden Jokowi.

Untuk system penoperasiannya pun, semuanya menggunakan dan dikerjakan dengan teknologi tinggi. Kalau KJA yang ada di pantai, dalam pemberian pakannya dilakukan dengan cara manual sangat beda jauh dengan offshore yang menggunakan mesin (automotic fidder).

 Dan feed barge (tongkang pakan) tidak hanya berfungsi menjadi tempat tinggal pekerja saja, tapi di tempat itu juga dipasang alat untuk memonitor secara otomatis untuk melihat pergerakan ikan, apakah pakan dimakan atau tidak, melihat kondisi kesehatan ikan termasuk memeriksa parameter kualitas airnya sepeti suhunya, kadar amoniaknya, Phnya dan sebagainya itu semua ada di monitor system.

Untuk pembersih jaring dari ganguan teritip atau lainnya itu juga menggunakan mesin begitu juga untuk ganguan burung atau ikan loncat keluar, nanti di atas kolam itu dipasang net (jaring) di atasnya.

Disoal jenis ikan apa saja yang nantinya akan dibudidayakan, menurut Slamet, hanya ikan kakap putih saja, karena ikan jenis ini secara teknologi sudah sangat dikuasai dari mulai pembenihannya, pendederannya sampai pembesarannya.

“Selain itu market kakap putih lebih terbuka export dan dia tidak selalu harus dijual hidup beda dengan kerapu dan marketnya pun hanya ke Cina dan Hongkong saja, tapi kalau kakap bisa ke Amerika, Eropa, Jepang, Cina bahkan kemana saja. “imbuh Slamet. (hiek)
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya