PARIGI - Orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) masih sering menerima perlakuan yang tidak semestinya, sehingga para pengidap ODHA pun menolak untuk membuka status terhadap pasangan atau sengaja mengubah perilaku untuk menghindari reaksi negatif.
Ini tentunya dapat menghambat usaha untuk mengintervensi penyebaran HIV/AIDS, karena
stigma ini berkembang dikalangan masyarakat dari mulut ke mulut bahkan beredar di media sosial, yang mengatakan ada penderita HIV/AIDS disekitar kita, sehingga banyak dari masyarakat yang belum tahu bagaimana proses penyebaran virus ini. Dampaknya, kini masyarakat pun menjadi takut bergaul dengan penderita HIV/AIDS.
Seperti dikatakan Ketua Yayasan Mata hati, Agus Abdullah saat melakukan diskusi dengan awak media dan para aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) kabupaten Pangandaran di sebuah rumah makan di kecamatan Parigi (9/8), hal ini bisa dipahami dan dimengerti, karena masyarakat masih belum sepenuhnya memahami dan bersikap terbuka pada para penderita. Dibutuhkan lebih banyak lagi sosialisasi dan kampanye lebih luas agar stigma negatif berujung diskriminasi bisa diminimalisir terhadap penderita HIV/AIDS terutama di kabupaten Pangandaran,
“Ini mungkin salah satu peran media dan pemerintah daerah menyebar luasakan semua ini pada masyarakat ." katanya.
Dikatakan Agus, oleh karena itu sebaiknya institusi kesehatan menjadi garda terdepan untuk memberikan layanan kesehatan secara baik bagi penderita, bukan sebaliknya dilakukan diskiriminasi. Pasalnya, lanjut Agus, penderita HIV/AIDS tidak selamanya akibat dari perilaku menyimpang, bisa saja diakibatkan tertular pasangannya.
“Makanya dibutuhkan pemahaman yang sama terhadap penderita penyakit HIV/AIDS tersebut, agar mereka juga mendapat tempat yang layak ditengah-tengah masyarakat dan tidak perlu dikucilkan," tambahnya.
Ditempat yang sama, salah seorang pengurus Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Pangandaran, Aris Nurhidayat, menyampaikan, dalam mengantisipasi penyebaran penyakit mematikan ini KPA terus gencar melakukan kampanye di tempat tempat yang rentan penularan HIV/AIDS terutama di sekitar daerah tempat wisata.
Hingga kini, Komisi penanggulangan KPA melakukan berbagai kegiatan untuk menanggulangi penyebaran penyakit berbahaya itu. Antara lain, melakukan kampanye tentang perilaku hidup sehat dan aman. Seperti kesehatan reproduksi yang dilakukan terhadap para remaja dan kelompok-kelompok masyarakat yang rentan.
Melalui sosialisasi tersebut, lanjut Aris, diharapkan masyarakat memiliki pemahaman yang tepat tentang penyakit-penyakit berbahaya.
“Kami dari KPA Pangandaran mengajak semua pihak untuk tidak ragu-ragu maupun takut dalam melakukan tes HIV. “tegasnya. (AGE-PNews)
Ini tentunya dapat menghambat usaha untuk mengintervensi penyebaran HIV/AIDS, karena
stigma ini berkembang dikalangan masyarakat dari mulut ke mulut bahkan beredar di media sosial, yang mengatakan ada penderita HIV/AIDS disekitar kita, sehingga banyak dari masyarakat yang belum tahu bagaimana proses penyebaran virus ini. Dampaknya, kini masyarakat pun menjadi takut bergaul dengan penderita HIV/AIDS.
Seperti dikatakan Ketua Yayasan Mata hati, Agus Abdullah saat melakukan diskusi dengan awak media dan para aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) kabupaten Pangandaran di sebuah rumah makan di kecamatan Parigi (9/8), hal ini bisa dipahami dan dimengerti, karena masyarakat masih belum sepenuhnya memahami dan bersikap terbuka pada para penderita. Dibutuhkan lebih banyak lagi sosialisasi dan kampanye lebih luas agar stigma negatif berujung diskriminasi bisa diminimalisir terhadap penderita HIV/AIDS terutama di kabupaten Pangandaran,
“Ini mungkin salah satu peran media dan pemerintah daerah menyebar luasakan semua ini pada masyarakat ." katanya.
Dikatakan Agus, oleh karena itu sebaiknya institusi kesehatan menjadi garda terdepan untuk memberikan layanan kesehatan secara baik bagi penderita, bukan sebaliknya dilakukan diskiriminasi. Pasalnya, lanjut Agus, penderita HIV/AIDS tidak selamanya akibat dari perilaku menyimpang, bisa saja diakibatkan tertular pasangannya.
“Makanya dibutuhkan pemahaman yang sama terhadap penderita penyakit HIV/AIDS tersebut, agar mereka juga mendapat tempat yang layak ditengah-tengah masyarakat dan tidak perlu dikucilkan," tambahnya.
Ditempat yang sama, salah seorang pengurus Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Pangandaran, Aris Nurhidayat, menyampaikan, dalam mengantisipasi penyebaran penyakit mematikan ini KPA terus gencar melakukan kampanye di tempat tempat yang rentan penularan HIV/AIDS terutama di sekitar daerah tempat wisata.
Hingga kini, Komisi penanggulangan KPA melakukan berbagai kegiatan untuk menanggulangi penyebaran penyakit berbahaya itu. Antara lain, melakukan kampanye tentang perilaku hidup sehat dan aman. Seperti kesehatan reproduksi yang dilakukan terhadap para remaja dan kelompok-kelompok masyarakat yang rentan.
Melalui sosialisasi tersebut, lanjut Aris, diharapkan masyarakat memiliki pemahaman yang tepat tentang penyakit-penyakit berbahaya.
“Kami dari KPA Pangandaran mengajak semua pihak untuk tidak ragu-ragu maupun takut dalam melakukan tes HIV. “tegasnya. (AGE-PNews)