» » INILAH RUMUSAN FORUM DISKUSI LAKPESDAM NU PANGANDARAN Tentang: Relasi Pemahaman Agama dengan Kultur dan Budaya Masyarakat Pariwisata di Pangandaran

INILAH RUMUSAN FORUM DISKUSI LAKPESDAM NU PANGANDARAN Tentang: Relasi Pemahaman Agama dengan Kultur dan Budaya Masyarakat Pariwisata di Pangandaran

Penulis By on Senin, 04 September 2017 | No comments

( Narasumber: Gus Nasrullah, Adam Alwi Assegaf, Shoiman Nawawi M,HI Edi Rusmiadi )

Pengertian Agama Islam, Islam adalah sebuah agama yang diturunkan Alloh kepada Nabi Muhammad Salallohu Alaihi Wa Sallam sebagai nabi dan rosul paling akhir untuk menjadi petunjuk atau pedoman hidup bagi seluruh manusia sampai akhir zaman.

Lebih lanjut, Islam diturunkan melalui Rosasullullah SAW adalah untuk menjadi karunia bagi seluruh alam. “WAMA ARSALNAKA ILLA RAHMATAN LIL’ALAMIN

(Dan tiadalah Kami (Allah) mengutus engkau (Muhammad), kecuali untuk menjadi rahmat bagi semesta alam) (QS. Al-anbiya’ :lO7).

Definisi Pariwisata menurut Kodhyat (1998)
Pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ketempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasiaan dan kebahagiaan dengan lingkungan dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.

Kebudayaan, budaya, dan kultur memiliki arti yang sama. Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “buddhayah” yang diartikan sebagai hal-hal yang berhubungan dengan budi dan akal manusia.

Salah satu ciri khas dari budaya adalah, bahwa budaya itu diwariskan secara turun-temurun. Cara hidup yang berkembang dapat berarti bahwa budaya yang dimiliki oleh suatu kaum atau dapat berubah karena banyak faktor seperti penetrasi kebudayaan. Misalnya upacara Sekaten di Yogyakarta yang terbentuk akibat penetrasi kebudayaan Islam ke dalam kebudayaan adat Jawa. (Isnain Firmansyah)

Apabila kita memahami dengan teliti definisi diatas, maka agama, pariwisata dan budaya merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, dan manusia sebagai pelaku utamanya.

Masyarakat pulau Jawa yang kental dengan tradisi Hindu memiliki banyak warisan budaya yang mengandung filosofi dan substansi nilai yang begitu berharga sebagai kekayaan dan kearifan lokal.

Melalui berbagai warisan budaya ini, masyarakat tahu bagaimana mengekspresikan rasa syukur kepada sang pencipta, membangun kebersamaan, menghargai alam dan lingkungan, ini yang menurur agama disebut moral dan akhlak sebagai pondasi utama Bangsa Indonesia.

Dilihat dari sudut pandang agama hal ini merupakan substansi nilai yang terkandung di dalam ajaran Islam sebagai agama yang menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Apabila kita analisa lebih dalam isi dari (QS. Al Anbiya: 107)

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

Suri teladan itu bukan sesempit simbol-simbol yang ada pada diri Muhammad SAW, seperti pakaian dan lain-lain, melainkan isi dari misi kerasulan beliau, dan substansi nilainya pun bukan sebatas simbol fisik saja..

Sementara disisi lain, bagi dunia pariwisata, hal ini merupakan aset yang sangat berharga dan harus mendapatkan perhatian serius dari berbagai kalangan terutama pemerintah.

Mempertentangkan agama dengan kultur dan budaya lokal justru akan mengacaukan sistem nilai yang sudah tertanam di dalam kehidupan masyarakat. Apabila kita mempelajari sejarah masuknya Islam ke Nusantara, saat itu terjadi proses penetrasi nilai, bukan penghancuran budaya lokal yang sudah ada.

Ini sangat mahal dan terlalu besar resiko yang harus dihadapi, karena apabila sistem nilai yang menyatu dalam budaya lokal terkoyak, maka sekuat apapun pemerintah ingin memajukan pariwisata, akan sia-sia karena fondasi utamanya sudah terkoyak.

Pangandaran, 03 September 2017
Lakpesdam NU Pangandaran
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya