PANGANDARAN-Unyil, demikian panggilan seorang pemuda lajang bernama Titim Supriatim yang kesahariannya berprofesi menjadi tukang pijat keliling di obyek wisata Pangandaran. Sudah banyak "pasien" yang menggunakan jasa pijatnya, dari mulai tamu hotel bintang hingga tetangga di sekitr tempat tiinggalnya.
Menurut pemuda dengan tinggi badan 140 cm asal Kecamatan Banjarsari Kabupaten Camis ini, ia tidak merasa minder dengan profesi yang disandangnya sebagai tukang pijat walau usianya relatif masih muda.
“Bakat memijat saya selain bisa menolong sesame juga bisa jadi andalan mata pencarian saya sehari-hari. “ujarnya.(13/1)
Sudah tidak terhitung wisatawan yang berkunjung ke Pangandaran menggunakan jasa keahlian memijatnya.
“Mungkin karena tubuh saya pendek dan gigi saya yang ompong, hingga banyak orang memanggil saya dengan nama unyil. “terangnya.
Dengan bermodalkan ilmu memijat yang dimilikinya, menurut Titim, berangkat menjelang sore hingga pulang menjelang dini hari, dijalani dengan rasa syukur dan bahagia.
Tidak kurang Rp 60 ribu hingga Rp 100 ribu penghasilan yang didapat setia malamnya. Dan dengan penghasilannyaini, menurutnya, ia mampu menjadi tulang punggung keluarga.
“Selain untuk kebutuhan saya sendiri, dari penghasilan yang saya dapat, Alhamdulillah bisa membantu kebutuhan orang tua dan membantu saudara yang masih kuliah. “ujarnya.
Suatu saat, tuturnya, ia pernah punya pengakaman yang sangat tidak menyenangkan saat memijat seorang pria yang ternya menyukai sesama jenis yang meminta yang lain-lain, walau pun berhasil ditolak secara halus.
Juga menurutnya, tidak sedikit tamu yang membutuhkan jasa pijat mengeluh karena tarifnya terlalu mahal.
“Mungkin ada rekan seprofesi yang memasang tariff mahal, mudah-mudahn Pemda bisa mengelurkan semacam surat edaran tentang tariff jasa pijat di Pangandaran. “katanya. (Haris/Tn)
Menurut pemuda dengan tinggi badan 140 cm asal Kecamatan Banjarsari Kabupaten Camis ini, ia tidak merasa minder dengan profesi yang disandangnya sebagai tukang pijat walau usianya relatif masih muda.
“Bakat memijat saya selain bisa menolong sesame juga bisa jadi andalan mata pencarian saya sehari-hari. “ujarnya.(13/1)
Sudah tidak terhitung wisatawan yang berkunjung ke Pangandaran menggunakan jasa keahlian memijatnya.
“Mungkin karena tubuh saya pendek dan gigi saya yang ompong, hingga banyak orang memanggil saya dengan nama unyil. “terangnya.
Dengan bermodalkan ilmu memijat yang dimilikinya, menurut Titim, berangkat menjelang sore hingga pulang menjelang dini hari, dijalani dengan rasa syukur dan bahagia.
Tidak kurang Rp 60 ribu hingga Rp 100 ribu penghasilan yang didapat setia malamnya. Dan dengan penghasilannyaini, menurutnya, ia mampu menjadi tulang punggung keluarga.
“Selain untuk kebutuhan saya sendiri, dari penghasilan yang saya dapat, Alhamdulillah bisa membantu kebutuhan orang tua dan membantu saudara yang masih kuliah. “ujarnya.
Suatu saat, tuturnya, ia pernah punya pengakaman yang sangat tidak menyenangkan saat memijat seorang pria yang ternya menyukai sesama jenis yang meminta yang lain-lain, walau pun berhasil ditolak secara halus.
Juga menurutnya, tidak sedikit tamu yang membutuhkan jasa pijat mengeluh karena tarifnya terlalu mahal.
“Mungkin ada rekan seprofesi yang memasang tariff mahal, mudah-mudahn Pemda bisa mengelurkan semacam surat edaran tentang tariff jasa pijat di Pangandaran. “katanya. (Haris/Tn)