SIDAMULIH-Budaya merupakan warisan leluhur atau nenek moyang yang tidak ternilai harganya, ia ada menjadi jati diri daerah maupun bangsa. Budaya dalam tataran kehidupan masyarakat juga mampu menjadi pengikat tatanan kehidupan keseharian antar warga.
Ronggeng Gunung, jika menyebut nama itu, maka sudah pasti tidak bisa dipisahkan dengan Pangandaran. Hingga ada anekdot di tengah-tengah masyarakat, “bukan orang Pangandaran jika tidak bisa menari Ronggeng Gunung”.
Dan jika bicara Ronggeng Gunung, maka tidak salah juga jika Desa Cikalong Kecamatan Sidamulih merupakan “gudangnya” para seniman ronggeng. Diakui atau tidak, jika Cikalong dari dulu hingga sekarang indentik dengan Ronggeng Gunung.
Salah satunya, Uje (53) warga Rt 03 Rw 02 Dusun Citembong Desa Cikalong, menurutnya Ronggeng Gunung dan dirinya sudah menyatu.
“Selain Ronggeng Gunung, disini juga ada gondang dan ketuk tilu. “ungkap Uje.(5/8)
Menurut Uje, ia dan dan sekitar sepuluh rekannya selama ini setia berkesenian ronggeng gunung walau hanya sekedar berangkat dari panggilan jiwa serta tanggungjawab moral untuk tetap melestarikan budaya leluhur yang ada di Cikalong.
“Siapa lagi yang akan menjaga budaya kita jika bukan kita sendiri…”ungkapnya lagi.
Ia tak banyak berharap, karena yang selama ini jalani sebagai pelaku seni budaya ronggeng pun tidak pernah bisa merubah kehidupannya. Kesetiaannya pada Ronggeng Gunung semata karena kecintaannya pada budaya yang ada sejak dulu di tempat ia dilahirkan.
Obsesinya untuk membangun sanggar tempat berkumpulnya para pelaku budaya yang ada di daerahnya pun mungkin hanya mimpi. Pasalnya, keinginan yang selalu didamkan sejak dulu mungkin hanya sebuah harapan dari cita-citanya, untuk tetap bisa mewariskan rasa kecintaannya pada budaya di desanya.
“Sudah lama sekali saya ingin di Cikalong ada gedung atau sanggar tempat kami berkumpul atau tempat latihan anak-anak yang ingin belajar ronggeng gunung, gondang atau ketuk tilu. “kata Uje.
Sebab, menurut Uje, pembelajaran tentang budaya harus ditanamkan sejak dini, karena sekarang banyak yang sudah tidak menganggap penting mempelajari budaya lokal. Padahal, melalui pembelajaran budaya nantinya dapat mengetahui pentingnya hal tersebut dalam membangun tatanan kehidupan bermasyarakat di tempat budaya itu berada.
Ironis, Desa Cikalong yang dikenal tempatnya para seniman Ronggeng Gunung hingga saat ini belum mempunyai sanggar sebagai pusat keberadaannya seperti layaknya centra sea food, pusat penjualan makanan hasil olahan dari laut.
Pertanyaannya, sudah berapa besarkan kontribusi para pelaku budaya pada pembangunan sosial, ekonomi dan politik daerah ? atau, seberapa besarkah apresiasi yang sudah diberikan Pemerintah Daerah pada pelaku budaya itu sendiri ? (hiek)
PASANG SURUT RONGGENG GUNUNG CIKALONG
Penulis By Pangandaran News on Minggu, 06 Agustus 2017 | No comments
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya